Selasa, 20 Januari 2009

pengertian kewirausahaan

PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN

Kewirausahaan memiliki banyak terminologi yang menyebabkan definisninya memiliki cakupan yang tidak terbatas. Asal kata Kewirausahaan merupakan penterjemahan dari Entrepreneurship merupakan istilah bahasa perancis yang memiliki arti mengambil celah atau celah diantara dua hal.
Pada abad ke 20, konotasi dari Entrepreneur yang bearti inovator mulai dikenal. Inovasi adalah sebuah kegiatan memperkenalkan sesuatu yang baru, yang merupakan sebuah tugas seorang entrepreneur yang paling sulit. Hisrich dan Peters, mendefinisikan Entrepreneurship sebagi sebuah proses dinamis dalam meningkatkan kesejahteraan.
Perkembangan definisi mengarahkan Entrepreneurship pada definisi baru “perilaku berpikir strategis dan pengambilan resiko yang dilakukan untuk penciptaan peluang baru yang dilakukan oleh individu maupun organisasi”. Definisi ini memberikan penjelasan bahwa definisi Entrepreneur adalah “individu yang mengambil segala resiko untuk mengejar dan menjangkau peluang serta situasi yang berbeda dengan kemungkinan kegagalan dan ancaman serta hambatan”.
Definisi ini menjelaskan bahwa seorang entrepreneur adalah ;
* Pendiri sebuah usaha yang akan menjadi perusahaan besar,
* Seorang yang melakukan usaha dengan membeli dan memiliki outlet waralaba, membuka toko eceran, mengoperasikan jasa yang dilakukan sendiri
* Seseorang yang memperkenalkan sebuah produk maupun perubahan operasional baru diantara yang telah ada.

Definisi diatas memberikan karakteristik tipikal seorang entrepreneur sebagai berikut;
* Memiliki kemampuan pengendalian diri yang tinggi
* Memiliki semangat yang tinggi
* Memiliki keinginan yang besar untuk dihargai
* Mampu mentoleransi ambiguitas
* Percaya diri
* Berorientasi pada keinginan dan kerja untuk menjangkau keinginan
* Memiliki Penghargaan pada disir sendiri dan kemerdekaan
* Fleksibel

Dilain sisi juga terbentuk tipikal yang melaterbelakangi seorang menjadi entrpreneur adalah :
* Orang tuanya adalah seorang wirausahawan
* Keluarga yang mendukung rasa tanggungjawab, inisatif dan kemerdekaan
* Telah mencoba lebih dari satu kegiatan usaha
* Memiliki relevansi personal dan pengalaman karir yang memadai
* Menjadi wirausahawan pada umur antara 22-45 tahun
* Memiliki perhatian yang kuat pada produk yang kreatif dan pengendalian usaha
* Mencari kebebasan dalam berkembang
Berbagai mitos turut pula mewarnai definisi dari wirausahawan yaitu ;
* Jiwa Entrepreneur dimiliki sejak lahir dan tidak bisa dibuat atau dikondisikan
* Seorang wirausahawan adalah petaruh
* Uang adalah kunci keberhasilan wirausaha
* Wirausahawan haruslah berumur muda
* Wirausahawan harus memiliki modal pendidikan bisnis

Mitologi ini sama sekali tidak benar, kenyataanya bahwa semua pernyataan tersebut berkebalikan dengan kenyataan sebenarnya tentang wirausahawan. Prespektif yang benar mengenai wirausahawan adalah ;
* Wirausahwan adalah pencipta bisinis yang kreatif
* Selalu mencari peluang
* Berkeinginan kuat untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan

Untuk menjamin keberhasilan wirausaha, wirausahawan secara umum dituntut untuk memiliki berbagai sifat dan karekteristik sebagaimana di nyatakan dalam gambar diatas, yaitu ;
* Motivasi yang kuat untuk maju
* Tingginya Kreatifitas dan adaptasi penghargaan pada diri sendiri
* Toleransi terhadap resiko dan ketidakpastian yang tinggi
* Obsesi yang besar atas peluang
* Kepemimpinan baik dan
* Komitmen serta determinasi yang kuat

Dari karakteristik diatas, wirausahawan dapat pula didefinisikan sebagai :
* Individu yanng menghargai peluang saat orang lain memandangnya sebagai kekacauan dan kebingungan
* Individu yang dengan kreatif dan inovatif, mengelola bisnis secara cerdas, mengembangkan jaringan dan memiliki skil manajemen yang menyeluruh
# Individu yang memenuhi syarat/ memiliki :
# Kemampuan teknis yang memadai
# Kemampuan pengelolaan bisnis
# Kemampuan wirausaha mandiri

Kewirausahaan menuntut pula kesadaran individu yang dimotivasi oleh potensi usaha yang lebih besar; bahwa keberhasilan lebih baik daripada kegagalan hanya dapat dikendalikan dan diperoleh orang-orang yang selalu mencari bentuk-bentuk peluang yang superior. Kesadaran ini akan merupakan modal yang kuat untuk mendorong kewirausahaan dan wirausahawan menimisasi resiko wirausaha.
Apakah kewirausahaan dapat dipelajari / diajarkan?, merupakan pertanyan selanjutnya. Untuk menjawab ini, kita harus kembali memandang aspek tipikal wirausaha. Dengan mendasarkan bahwa;
* Sensitifitas atas peluang usaha dapat dipertajam / dan dilatih
* Kemampuan untuk meng akses peluang dan menentukan langkah untuk memperoleh manfaat maksimum dari peluang itu, dapat di kembangkan.
* Skill dari wirausahawan dapat dipelajari.
* Hasil kerja merupakan gambaran pengurangan ketidakpastian dalam rangka mengejar dan menjangkau peluang.

kewirausahaan

Kewirausahaan

Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha, berarti perbuatan amal, bekerja, berbuat sesuatu.
Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu. Ini
baru dari segi etimologi (asal usul kata).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang yang
pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi
baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur
permodalan operasinya serta memasarkannya.
Dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan
Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, dicantumkan bahwa:
a. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan
kemampuan kewirausahaan.
b. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan
seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada
upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan
produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan
pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih
besar.
Jadi wirausaha itu mengarah kepada orang yang melakukan usaha/kegiatan
sendiri dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan
kewirausahaan menunjuk kepada sikap mental yang dimiliki seorang
wirausaha dalam melaksanakan usaha/kegiatan.
Kewirausahaan yang sering dikenal dengan sebutan entrepreneurship berasal dari Bahasa Perancis yang diterjemahkan secara harfiah adalah perantara, diartikan sebagai sikap dan perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa dan karsa serta karya atau mampu menggabungkan unsur kreativitas, tantangan, kerja keras dan kepuasan untuk mencapai prestasi maksimal .
Stoner, James: kewirausahaan adalah kemampuan mengambil faktor-faktor produksi-lahan kerja, tenaga kerja dan modal-menggunakannya untuk memproduksi barang atau jasa baru. Wirausahawan menyadari peluang yang tidak dilihat atau tidak dipedulikan oleh eksekutif bisnis lain.
Kewirausahaan berbeda dengan manajemen. Paul H. Wilken menjelaskan bahwa kewirausahaan mencakup upaya mengawali perubahan dalam produksi, sedangkan manajemen mencakup koordinasi proses produksi yang sudah berjalan.
Faktor-faktor psikologi
Pada pertengahan 1980-an Thomas Begley dan David P. Boyd mempelajari literatur psikologi mengenai kewirausahaan. Mereka menemukan 5 dimensi :
1. Kebutuhan untuk berprestasi. Wirausahawan mempunyai kebutuhan untuk berprestasi yang tinggi: Need for achievement sangat tinggi.
2. Letak kendali : individu mengendalikan hidup mereka sendiri- bukan keberuntungan atau nasib
3. Toleransi terhadap resiko : wirausahawan yang bersedia mengambil resiko memperoleh hasil yang lebih besar daripada orang yang tidak mau ambil resiko
4. Toleransi terhadap keragu-raguan
5. Tingkah laku tipe A : ambisius, energik.
SUMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
Kewirausahaan memiliki 4 manfaat sosial
1. Memperkuat pertumbuhan ekonomi : menyediakan pekerjaan baru dalam ekonomi. Ekonomi saat ini adalah tanah yang subur bagi wirausahawan misalnya : permintaan pelayanan sektor jasa meledak
2. Meningkatkan produktivitas : kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dengan TK dan input lain yang lebih sedikit.
3. Menciptakan teknologi, produk dan jasa baru:
Komputer digital,mesin fotokopi, laser, power steering.
4. Mengubah dan meremajakan persaingan pasar : pasar internasional menyediakan peluang kewirausahaan.

Minggu, 18 Januari 2009

usaha bakso ( resto )

PROPOSAL USAHA ‘BAKSO RESTO

A. Latar Belakang

Setiap orang pasti ingin menjadi Bos di bisnis atau usaha-nya sendiri. Hanya orang-orang yang berpikiran sempit-lah yang seumur hidup ingin menjadi orang gajian.

Banyak sekali jalan menuju kesuksesan, salah satu diantaranya dengan membuat sebuah cikal-bakal bisnis yang diharapkan mampu mengembangkan daya kreativitas dan inovasi. Hal ini sangat membutuhkan keberanian yang luar biasa. Hanya orang bernyali besar-lah yang mampu meng-gelontorkan sejumlah dana demi sebuah harapan yang belum pasti.

Bisnis adalah sebuah pembelajaran, dimana dibutuhkan analisa yang sangat dalam tentang prospek dan kelayakan dalam usaha itu. Oleh karena itu, bisnis itu harus dimulai sejak dini sehingga kita memiliki banyak waktu untuk dapat berpikir dan mengolah otak demi kesuksesan usaha tersebut.

Peluang usaha di depan mata, tidak ada salahnya kalau kita memulai sekarang. Inilah yang melatarbelakangi berdirinya sebuah tempat makan berbasis one stop for bakso.

B. Nama Usaha

Usaha yang akan dirintis berupa tempat makan dengan menu utama Bakso, dan segala hal yang berhubungannya dengannya. Detail-nya masih sedang dibicarakan lebih lanjut. Disamping menu-menu pendukung seperti; minuman saribuah, makanan ringan, dll. Inovasi akan terus berlanjut seiring dengan perkembangan jaman. Dan itu PASTI !!

Sedangkan nama usaha-nya masih dalam pencarian.

C. Tempat Usaha

Setelah melalui beberapa tahap pencarian, tempat yang memungkinkan dimulainya usaha adalah Ru-Ko di kawasan Siaga Raya - Pejaten, Jakarta Selatan.

Daerah ini dinilai cukup strategis karena berhadapan langsung dengan sekolah elite Al-Azhar 2. Tidak jauh dari tempat tersebut ada RS Siaga Raya dan beberapa perumahan-perumahan penduduk.

Lokasi berada tepat di depan jalan dua arah yang dilewati beberapa angkutan dan beberapa titik usaha strategis yang tidak sejenis seperti ; Alfamart, Apotik, Game Online, Salon, Bengkel, dll

Peta terlampir

D. Waktu Operasional

Waktu operasional tempat makan ini direncanakan mulai pukul 9.00 hingga pukul 21.00. Waktu dapat berubah-ubah dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar.

E. Anggaran Dana

Rencana anggaran dana yang akan digunakan lebih kurang sejumlah Rp 24.000.000,- dengan perincian sebagaimana terlampir pada lampiran 1.

KERJASAMA INVESTOR

Mengingat potensial market yang ditawarkan pada proposal ini cukup menarik, kami ingin menawarkan beberapa tawaran kerjasama bagi para investor. Adapun bentuk kerjasama-nya antara lain :

1. Investor Tunggal à ingin meng-investasikan sejumlah dana sesuai dengan seluruh kebutuhan dari usaha ini. Dan akan bagi hasil sejumlah 100% dari omzet per bulan setelah dikurangi biaya operasional termasuk pelaksana usaha ini. Ketentuan ini dapat berubah sewaktu-waktu dan dibicarakan dengan jalan kekeluargaan.

2. Investor Berbagi à ingin meng-investasikan sejumlah dana yang merupakan sebagian dari seluruh dana yang dibutuhkan untuk memulai usaha ini. Bagi hasil yang diterima akan dipersentase-kan dengan investor lain setelah dikurangi biaya operasional termasuk pelaksana usaha ini. Ketentuan ini dapat berubah sewaktu-waktu dan dibicarkan dengan jalan kekeluargaan.

3. Donatur à investasi sosial tanpa mengharapkan bagi hasil

Prinsip yang digunakan dalam usaha ini adalah persentase proporsional terhadap dana yang ditanamkan demi keberlangsungan usaha ini. Pelaksana operasional memiliki persentase sejumlah xx % dari omzet bulanan (akan dibahas secara kekeluargaan). Dan akan berubah seiring perkembangan waktu dan kondisi, seperti; terjadi loss/rugi di bulan-bulan awal, terjadi BEP, penambahan biaya operasional, dan lain sebagainya.

Perjanjian kerjasama ini bersifat mengikat dan dapat berubah setelah melalui pembicaraan secara kekeluargaan.

RENCANA ANGGARAN BIAYA

Pengeluaran bulan pertama

Sewa tempat (minimal 6 bln) Rp 9.000.000,-

Meja & Kursi (6 pasang @ Rp 250.000,- ) Rp 1.500.000,-

Kipas Angin ( 6 buah @ Rp 150.000,-) Rp 900.000,-

Etalase besar Rp 1.000.000,-

Etalase kecil Rp 700.000,-

Modal Awal Bahan Makanan ( 1 bln @ Rp 200,000/hari ) Rp 6.000.000,-

Karyawan ( 2 orang @ Rp 250.000,- / bln) Rp 500.000,-

Spanduk, Brosur, dll Rp 700.000,-

Mangkok, piring, sendok, dll Rp 500.000,-

Peralatan memasak Rp 500.000,-

Operasional listrik, air, telepon (1 bln) Rp 700.000,-

Biaya tidak terduga Rp 2.000.000,-

-------------------

Rp24.000.000,-

Pemasukan

Pemasukan utama adalah dari investor-investor yang bersedia menanamkan modalnya demi keberlangsungan usaha ini.

usaha tempe

KATA PENGANTAR

Masalah peluang bekerja dan berusaha di Indonesia, kini semakin memprihatikan. Terlihat pada jumlah pengangguran semakin membengkak yang tidak tertampung di sektor formal. Dampaknya sebagian dari mereka terjerumus ke dalam tindakan amoral dan kriminalitas. Padahal ketersediaan sumberdaya,misalnya sumberdaya manusia dan sumberdaya alami, banyak yang dimanfaatkan sekaligus kita kelola. Termasuk di antaranya adalah membuka usaha TEMPE secara mandiri khususnya di kawasan pedesaan. Usaha ini telah terbukti mampu mewadai luapan angkatan kerja, mampu memenuhi gizi keluarga, sekaligus dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.

Uraian ini barangkali dapat membantu masyarakat untuk memahami lebih jauh tentang Tempe. Bahwa Tempe sebagai bahan makanan yang dulunya dianggap sepele, ternyataa memberikan nilai gizi tinggi. Kini konsumen Tempe tidak hanya rakyat biasa, melainkan mencangkup pula masyarakat kelas menengah ke atas.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kita semua.

Surabaya, 12 Januari 2009

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .……………... ………………………………………………… i

KATA PENGANTAR .……………..…………………………. ……………………… ii

DAFTAR ISI …..……………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. latar Belakang Masalah ……………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ………….………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN MASALAH

1. Program CIVIC bagi “Penganggur Kronis” …………………………… 3

2. Tujuan Program Civic …………………………………………………. 3

3. Suatu Pandangan tentang tujuan organisasi dan

Ukuran keberhasilan ………………………………………………….. 3

4. Memandang tujuan yang dinyatakan dan

Ukuran keberhasilan . …………………………………………………. 5

5. Tujuan Keberhasilan sebagai ungkapan asumsi

Akal sehat kita ………….…………………………………………..... 5

6. Tujuan sebagai dalih untuk berkumpul ..………………………………… 6

7. Tujuan sebagai arena untuk memperjuangkan

Aktivitas organisasi .…………………………………………………. 6

8. Tujuan dan ukuran keberhasilan untuk melindungi

Organisasi dari lingkungan luar ………………………………………. 7

9. Tujuan sebagai prasyarat pemberian dana ……………………………. 7

10. Tujuan dan ukuran keberhasilan adalah baik bagi moral …………… 8

11. Evaluasi keberhasilan program .……………………………………… 9

BAB III KESIMPULAN …………….……………………………………………. 16

DAFTAR PUSTAKA .. ……………..………………...………………………………. 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tempe kedelai adalah bahan makanan hasil fermentasi biji kedelai oleh kapang yang berupa padatan yang berbau khas yang berwarna putih keabu-abuan. Seiring perkembangan pengetahuan dan kemajuan teknologi, maka kini tempe tidak hanya dibuat dari kedelai, tetapi juga dari bahan-bahan lain. Adapun bahan-bahan lain yaitu seperti kecipir maka dikenal tempe kecipir, kemudian lamtoro (tempe lamtoro), kara benguk (tempe kara benguk), ampas kacang tanah (tempe bungkil), ampas tahu (tempe gembus), turi (tempe turi) dan sebagainya. Dengan demikian diperkirakan posisi tempe kedelai adalah tempe tertua di antara sederajat pertempean tadi. Sehingga penyebutan kata “tempe” saja memberikan kesan tempe yang berbahan baku dari kedelai.

Telah diakui dunia bahwa, tempe itu makanan asli Indonesia yang kandungan gizinya patut diperhitungkan. Entah sejak kapan tempe mulai dibuat dan dinikmati orang, tapi ternyata dalam Serat Centini yang diterbitkan tahun 1815 di Keraton Solo telah menyebutkan bahwa, orang Jawa memiliki budaya makan tempe. Kemudian dewasa ini, para ahli di Jepang dan Amerika Serikat tertarik melakukan penelitian tempe, terutama berkaitan dengan teknologi fermentasi.

Cara pemanfaatan tempe cukup luwes. Hanya digoreng saja, sudah dapat dinikmati rasanya yang gurih. Selain digoreng untuk lauk, tempe dapat dijadikan untuk makanan lain seperti disayur lodeh, oseng-oseng, kering tempe, ataupun dimasak lebih modern untuk dijadikan tempe burger, rol lade tempe, perkedil tempe pedas, pepes tempe pedas, stick tempe dan sebagainya.

Tempe semakin digemari orang bukan hanya rasanya yang gurih dan lezat, juga memang sarat dengan gizi. Kadar protein dalam tempe 18,3 gram per 100 gram tempe merupakan alternatif sumber protein nabati, yang kini semakin populer dalam gaya hidup manusia modern. Kecuali itu, tempe mengandung beberapa asam amino yang dibutuhkan tubuh manusia.

Dengan melihat kandungan gizi tersebut, yang dulunya tempe hanya dijadikan konsumsi kelas rakyat, namun sekarang sudah dinikmati segala lapisan-bahkan di restoran elit dan hotel berbintang pun tak luput menyajikan tempe dalam ragam penyajian yang lebih canggih.

Peluang pasar tempe yang prospektif ini, kiranya dapat mendorong dan memacu perajin tempe untuk lebih dapat memanfaatkan peluang tersebut. Tidak menutup kemungkinan kesempatan berusaha tempe ini mengundang orang-orang lain yang selama ini belum memahami dunia pertempean. Memang bagaimanapun, usaha tempe kedelai ini menjajikan keuntungan.

B. Rumusan Masalah

1. Bahan dan Peralatan ?

(a) Kebutuhan Bahan

(b) Kebutuhan Peralatan

2. Cara Membuat Tempe ?

3. Analisis Usaha Tempe ?:

4. Sasaran Pemasaran ?

BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

Sebelum usaha tempe kedelai ini kita lakukan, tentu diawali dengan langkah-langkah persiapan, yaitu : menyiapkan kebutuhan bahan maupun peralatan. Kebutuhan bahan dapat dipilah menjadi dua, yaitu (a) bahan baku berupa kedelai, dan (b) bahan pembantu berupa laru, daun pisang atau kertas, dan kayu bakar. Sedangkan kebutuhan peralatan akan dijelaskan setelah kita membahas kebutuhan bahan.

1. BAHAN DAN PERALATAN

(a) KEBUTUHAN BAHAN

1. Bahan Baku

Bahan baku tempe kedelai ialah biji kedelai. Dalam praktik, bahan baku ini sering dianggap sepele, sehingga akibatnya ptoduk tempe yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya perajin tempe masih sering menggunakan “asal kedelai” tanpa memperhitungkan kualitasnya dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi produksi tempe.

a. Jenis Kedelai

Jenis kedelai dapat dipilah menjadi 4 macam, yaitu : kedelai kuning, kedelai hitam, kedelai hijau, kedelai coklat. Macam-macam jenis kedelai dapat didefinisikan sebagai berikut :

a.1. Kedelai kuning adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna kuning, putih atau hijau. Apabila dipotong melintang memperlihatkan warna kuning pada irisan keeping bijinya.

a.2. Kedelai hitam adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna hitam.

a.3. Kedelai hijau adalah kedelia yang kulit bijinya berwarna hijau, bila dipotong melintang memperlihatkan warna hijau pada irisan keping bijinya.

a.4. Kedelai cokelat adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna cokelat.

b. Biji Kedelai

Bentuk biji kedelai tergantung kultivarnya, yakni dapat berbentuk bulat, agak gepeng, dan sebagian besar bulat telur. Sedangkan besar dan bobotnya dibedakan menjadi tiga yakni :

b.1. Kedelai berbiji besar bila bobot 100 bijinya lebih dari 13 gram.

b.2. Kedelai berbiji sedang bila bobot 100 bijinya antara 11-13 gram.

b.3. Kedelai berbiji kecil bila bobot 100 bijinya antara 7-11 gram.

Biji kedelai terdiri daru dua bagian, yakni : kulit biji (testa), dan janin (embrio). Kulit biji ini beragam warna ada yang kunin, hijau, cokelat, hitam, atau caampuran di antara warna-warna tersebut. Kulit biji tersebut terdiri dari tiga bagian lapisaan sel. Sementara itu, janin terdiri dari kotiledon, plumula, dan poros hipokotil-bakal akar. Kotiledon merupakan bagian terbesar dari biji kedelai, berisi bahan makanan yang sebagian besar terdiri dari protein dan lemak.

c. Syarat Mutu

Untuk mendapatkan tempe berkualitas prima, kita harus memperhatikan sarat mutu biji yang hendak kita gunakan sebagai bahan baku.

c.1. Syarat Umum

c.1.1. Bebas dari sisa tanaman (kulit polong, potongan batang atau ranting), batu,kerikil, tanaah, atau biji-bijian lain.

c.1.2. Biji kedelai tidak luka atau bebas serangan hama dan penyakit.

c.1.3. Biji kedelai tidak memar atau retak.

c.1.4. Biji kedelai tidak keriput.

c.2. Syarat Pokok

Tingkat mutu kedelai dapat dipilah menjadi tiga, yakni : mutu I, mutu II, mutu III.1

1SK Mentan No. 501/Kpts/TP.830/8/1984

2. Bahan Pembantu

a. Laru Daun

Pada proses pembuatan tempe kedelai pastilah kita melakukan peragian. Ragi atau laru tempe antara lain didaptkan dari daun waru, daun jati, ataupun daun pisang bekas pembungkus tempe. Namun demikian, tidak seluruh permukaan daun tersebut mengandung laru, dan karena itu bagian yang terdapat laru dipisahkan, sedang sisa daun lainnya dibuang. Setelah itu, laru daun diremas-remas, lalu dicampurkan ke dalam biji kedelai yang hendak diperkirakan membutuhkan 2 atau 3 lembar daun yang mengandung laru.

Dalam praktik, kadang-kadang kita kesulitan memperoleh laru daun. Sementara itu kelemahan penggunaan laru daun ini adalah tidak dapat disimpan lama dan julmah pemakaiannya sulit dipastikan. Oleh karena itu, penyelesaiannya dengan pembuatan laru berbentuk tepung. Laru demikian ini dapat dbeli di pasar, atau justru kita membuat sendiri sembari memupuk jiwa wiraswasta.

b. Membuat Laru Tempe

Bahan-bahan yang digunakan meliputi tempe segar, beras, tepung terigu dan air. Sedangkan peralatan yang dibutuhkan meliputi besek bambu, sendok, wajan, lumpang dan alu, ayakan, baskom, dan kompor.

Cara membuat : pertama-tama tempe segar diiris-iris tipis, lalu dijemur hingga kering. Dari irisan tipis tempe kering ditumbuk menjadi tepung, kemudian diayak halus.

Ambil beras lalu ditanak menjadi nasi. Setelah nasi dingin dicampur dengan tepung temp, kemudian diaduk sampai merata. Perbandingan nasi dengan tepung tempe adalah 1:1. Campuran nasi dan tepung tempe diperam. Caranya, campuran tersebut dibungkus daun pisang lalu dimasukkan ke dalam besek tertutup selama semalam. Esok paginya dilihat apakah nasi sudah ditumbuhi kapang (jamur). Nasi ini dijemur sampai kering, selanjutnya ditumbuk dan akhirnya diayak halus.

Ambil juga tepung terigu lalu disangrai. Setelah itu, tepung terigu dicampur dengan tepung nasi yang telah ditumbuhi kapang, dengan perbandingan 18:1. Jadilah sudah laru tempe, yang siap dugunakan sebagai inokulan dalam pembuatan tempe. 2

2 Haryoto, Tempe Kecipir, Yayasan Dian Desa, Majalah Tarik Th III No. 33, Yogyakarta, hlm. 10-19

(b) KEBUTUHAN PERALATAN

Mengingat usaha tempe ini biasanya dikerjakan secara tradisional dan ditekuni penduduk di pedesaan, maka peralatan yang dipersiapkan sebaiknya dari sumber daya setempat. Artinya, mudah dijangkau dan murah biayanya. Adapun peralatan yang dibutuhkan meliputi :

b.1. Tungku, digunakan untuk dapur memasak kedelai. Sebagian besra perajin tempe masih memakai tungku ala kadarnya, dan kurang memperhatikan nilai ekonomi dan lingkungan terhadpa kayu bakar yang digunakan. Kini sudah saatnya dirancang bangunkan sebuah tungku yang hemat energi.

b.2. Timbangan, digunkan untuk menimbang bahan-bahan yang hendak dikerjakan.

b.3. Panci, digunakan untuk merebus, meredam dan menguliti kedelai.

b.4. Ember, digunakan untuk mencuci dan meredam kedelai.

b.5. Tampah, digunakan untuk menampi, mendinginkan, meniriskan maupun tempat melakukan peragian.

b.6. Dandang, digunakan untuk menanak atau merebus kedelai.

b.7. Tenggok, yang terbuat dari anyaman bambu digunakan untuk memeram.

Karung Goni, digunakan untuk menutup kedelai yang diperam di dalam tenggok.3

3Standar Industri Indonesia. 0271-80

2. CARA MEMBUAT TEMPE

Pada dasarnya cara membuat tempe kedelai terdiri dari dua bagian besar, yaitu : proses pemasakan kedelai, dan dilanjutkan dengan proses fermentasi. Namun untuk menuju ke tindakan konkret dan rinci dalam pembuatan tempe ini, perlu ditempuh beberapa langkah sebagai berikut :

1. Penyortiran

Siapkan biji kedelai yang tua. Biji-biji tersebut disortir untuk memperoleh produk tempe kualitas prima. Caranya, biji-biji kedelai diletakkan pada tampah kemudian ditampi.

2. Pencucian I

Biji-biji kedelai dimasukkan ke dalam ember berisi air, dan akan lebih baik bila dicuci pada air yang mengalir. Dengan pencucian ini, kotoran-kotoran yang melekat maupun yang tercampur di antara biji dapat hilang.

3. Perebusan I

Perebusan pertama ini hanya berlangsung sekitar 30 menit. Caranya, biji kedelai dimasukkan kedalam panci, lalu direbus diatas tungku sampai biji kedelai tersebut setengah matang.

4. Peredaman

Setelah perebusan dirasakan cukup, kedelai rebesanterebut dibiaerkan teremdam semalam sehingga menghasilkan kondisi asam, Tujuannya, disamping melunakkan kedelai adalah untukmencegah pertumbuhan bakteri pembusuk selama fermentasi.

5. Pengupasan Kulit

Keeseokan harinya dilakukan pengupasan kulit ari. Caranya, kedelai diremas-remas dalam air, kemudian dikuliti dan terjadilah keping kedelai.

6. Pencucian II

Sekali lagi keping kedelai dicuci. Caranya, mirip seperti mencuci beras yang hendak ditanak.

7. Perebusan II

Perebusan tahap keduaa ini lebih tepat dilakukan seperti menanak nasi, hingga keping kedelai menjadi matang. Tujuannya adalahi untuk membunuh bakteri yang kemungkinan tumbuh selama perendaman.

8. Penirisan dan Pendinginan

Kedelai diambil dari dandang, diletakkan diatas tampah dan diratakan tipis-tipis. Biarkanlah dingin sampai permukaan keping kedelai kering dan airnya menetes habis.

9. Peragian

Tahap peragian ini memegang peranan penting, berhasil tidaknya membuat tempe kedelai. Sebab, tempe ini dihasilkan dari kedelai yang diolah secara fermentasi dengan menggunakan candawan jenis Rhizopus sp. Cendawan atau kapang ini diperoleh daru laru,baik berupa laru maupun laru tempe atau tepung ragi. Sebagai ancer-ancer: untuk 1 Kg kedelai dibutuhkan 1 gram laru. Namun sesungguhnya, jumlah laru yang diberikan bergantung pada cuaca. Adapun sejauh mana variable cuaca mempengaruhi kuantitas penggunaan laru,ternyata perlu diteliti lebih memdalam lagi.

Cara peragian, laru diusap-usapkan atau dicampur dan diaaduk bersama kedelai hingga merata benar. Setelah itu, diangin-anginkan sebentar.

10. Pembungkusan

Kedelai yang sudah bercampur merata dengan laru dibungkus. Ada yang membungkus dengan daun pisang, terkadang bagian luarnya masih dilapisi kertas. Pekerjaan ini memerlukan satu per satu.Ada pula yang membungkus dengan plastic, dengan ukuran lebih besar dan memanjang.

11. Pemeraman

Akhirnya kita melakukan pemeraman. Bila pembungkusnya daun, maka pemeraman dilakukan didalam tenggok yang ditutup karung goni. Namun, bila pembungkusnya plastic, makapemeraman dilakukan diatas kajang-kajang bambu yang diletakkan pada rak-rak.

Setelah diperam semalam, biasanya kita lakukan penusukan dengan lidi pada plastic pembungkus tersebut. Tujuannya agar udara segar dapat masuk kedalam bahan tempe. Setyelah itu diperam satu malam lagi, dan esok pagi jadilah tempe yang siap dikonsumsi atau dijual.4

4B. Serwono, Membuat Tempe dan Oncom, Penebar Swadaya, Jakarta, 1991,hlm.13-15

3. ANALISIS USAHA TEMPE

Mari kita mencoba menghitung mulai dari target produksi tempe kedelai yang diharapkan, lalu kebutuhan biaya termasuk investasi peralatan, dan akhirnya keuntungan yang didapatkan. Namun sebelumnya, tentu kita telah mempersiapkan dan merencanakan kegiatan usaha tempe ini :

o Nama Produk : tempe kedelai

o Kebutuhan bahan baku per hari 15 Kg kedelai

o Hasil produksi tempe per hari 750 bungkus

o Harga tempe per bungkus Rp. 25,00

o Perode produksi 1 bulan = 25 hari kerja

Dengan demikian dalam waktu satu bulan dapat dihitung sebagai berikut :

a. Outflow (Produksi)

• Produksi tempe per bulan = 25 x 750

= 18.750 bungkus

• Nilai produksi per bulan = 18.750 x Rp. 25,00

= Rp. 468.750,00

b. Kebutuhan Peralatan5

No. Nama alat Jumlah Nilai Umur Penyusutan

1. Tungku 1 buah Rp. 25.000,00 2 tahun Rp. 1.042,00

2. Panci 2 buah Rp. 10.000,00 2 tahun Rp. 417,00

3. Ember 2 buah Rp. 16.000,00 2 tahun Rp. 667,00

4. Tampah 2 buah Rp. 2.000,00 1 tahun Rp. 167,00

5. Tenggok 2 buah Rp. 6.000,00 1 tahun Rp. 500,00

6. Karung goni 5 buah Rp. 3.000,00 1 tahun Rp. 250,00

7. Dandang 2 buah Rp. 20.000,00 2 tahun Rp. 833,00

T o t a l Rp. 82.000,00 Rp. 3.876,00

5Standar Industri Indonesia. 0271-80

c. Inflow (Biaya-biaya)

1. Penyusutan alat = Rp. 3.876,00

2. Sewa tempat/gudang = Rp. 7.124,00

3. Kedelai = 15 x 25 x Rp. 850,00 = Rp. 318.750,00

4. Laru = 0,375 kg x Rp. 4.000,00 = Rp. 1.500,00

5. Kayu bakar = 25 x Rp. 1.000,00 = Rp. 25.000,00

6. Daun pisang dan kertas

7,5 x Rp. 200,00 = Rp. 1.500,00

7. Tenaga kerja :

- Penyotiran =

6 HOK x Rp. 1.000,00 = Rp. 6.000,00

- Peredaman =

6 HOK x Rp. 1.000,00 = Rp. 6.000,00

- Perebusan =

6 HOK x Rp. 1.000,00 = Rp. 6.000,00

- Pencucian =

6 HOK x Rp. 1.000,00 = Rp. 6.000,00

- Peragian =

8 HOK x Rp. 1.000,00 = Rp. 8.000,00

- Pembungkusan =

8 HOK x Rp. 1.000,00 = Rp. 8.000,00

- Pemeraman =

8 HOK x Rp. 1.000,00 = Rp. 8.000,00

Subtotal (7) = Rp. 48.000,00

8. Total biaya (1 s/d 7 ) = Rp. 405.750,00

d. Keuntungan6

1. Nilai produksi = Rp. 468.750,00

2. Total biaya = Rp. 405.750,00

3 Keuntungan per bulan = Rp. 63.000,00

6FL. Widie Kastyanto, Anggaran Pengeluaran dan Keuntungan Produksi, 1984.

4. SASARAN PEMASARAN

Tempe merupakan nama yang tidak asing lagi bagi masyarakat kita, dari tingkat pedesaan hingga tingkat kota. Kini konsumen tempe tidak hanya rakyat biasa, melainkan mencangkup pula masyarakat kelas menengah ke atas. Hampir setiap hari dari berbagai pengelola produksi tempe terus memproduksi usahanya tersebut, maka tak heran lagi bila kita menemui tempe dari berbagai bentuk dan ukurannya. Disamping nilai gizinya tinggi juga harganya pun murah, serta mudah memperolehnya.

Dengan melihat kandungan nilai gizi tersebut, yang dulunya tempe hanya dijadikan konsumsi kelas rakyat, namun sekarang sudah dinikmati segala lapisan-bahkan di restoran elit dan hotel berbintang pun tak luput menyajikan tempe dalam ragam penyajian yang lebih canggih.

Target yang kami tuju dari produksi tempe ini adalah Swalayan, Pasar, hingga pedagang asongan. Kami yakin untuk tahun-tahun berikutnya produksi kami akan meningkat, hal ini disebabkan karna mayoritas masyarakat kita merespon positif tentang tempe, jika produksi kami meningkat, kami akan mentargetkan atau memasarkan ke dunia Internasional. Hal ini disebabkan karena sebagian masyarakat dunia pernah merasakan kelezatan dari tempe tersebut, maka tak heran jika masyarakat dunia terutama Amerika Serikat, Jepang, Korea ingin meneliti pembuatan tempe tersebut. Selain usaha tempe kami terkenal, nama bangsa kita akan dikenal di dunia Internasional.

Peluang pasar tempe yang prospektif ini, kiranya dapat mendorong dan memacu parajin tempe untuk dapat lebih memanfaatkan peluang tersebut. Tidak menutup kemungkinan kesempatan berusaha tempe ini mengundang orang-orang lain yang selama ini belum memahami dunia pertempean, usaha tempe kedelai ini menjajikan keuntungan.

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan antara lain :

1. Bahan dan peralatan dalam produksi tempe mempunyai berbagai jenis ragam, baik dari segi bahan maupun peralatan. Namun keduanya saling terkait, bila salah satu unsur diatas tidak maksimal didalam praktik/proses pembuatan tempe, serta tanpa memperhitungkan kualitasnya dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi produksi tempe, maka hasilnya pun tidak optimal.

2. Cara membuat tempe pada dasarnya terdiri dari dua bagian besar yaitu : proses pemasakan kedelai,dan dilanjutkan dengan proses fermentasi.

Untuk mendapatkan hasil tempe yang optimal, haruslah sesuai dengan langkah-langkah dalam pembuatan tempe yang tertera pada uraian di atas.

3. Analisis usaha tempe merupakan salah satu unsur yang penting, sebelum melangkah ke proses pembuatan tempe, jadi kita bisa mengetahui target biaya yang dikeluarkan maupun keuntungan yang kita peroleh, dari sisi ini kita bisa mengetahui berapa jumlah anggaran yang masuk dan keluar per bulannya.

4. Sasaran pemasaran merupakan target yang perlu dipertimbangkan, dari sini kita bisa mengetahui responden masyarakat tentang usaha tempe ini, jika responden masyarakat positif, maka akan mempengaruhi nilai keuntungan yang maksimal.

2. Saran

Peluang pasar tempe yang prospektif ini, kiranya dapat mendorong dan memacu perajin tempe untuk lebih dapat memanfaatkan peluang tersebut. Tidak menutup kemungkinan kesempatan berusaha tempe ini mengundang orang-orang lain yang selama ini belum memahami dunia pertempean. Memang bagaimanapun, usaha tempe memang menjajikan keuntungan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, Agricultural Compendium for Rural Development in the Tropics and Subtropics, Ilaco, Amsterdam-Oxford-New York, 1981, hlm. 481.

B. Sarwono, Membuat Tempe dan Oncom, Penebar Swadaya, Jakarta, 1991, hlm. 13-15.

FL. Widie Kastyanto, Membuat Tempe, Penebar Swadaya, Jakarta 1990, hlm. 28.

Haryoto, Tempe Kecipir, Yayasan Dian Desa, Majalah Tarik Th III No. 33, Yogyakarta, hlm. 10-19

Hermana, “Pengolhan Kedelai Menjadi Berbagai Bahan Makanan” dalam Kedelai, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor, 1985, hlm. 441-469.

Made Astawan dan Mita Wahyuni Astwan, Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna, Akademika Pressindo, Jakarta, 1991, hlm. 94-96 & 102-107.

Sabtu, 17 Januari 2009

menyiapkan kaum muda jadi wiraswsta

Menyiapkan Kaum Muda Jadi Wiraswasta*
Oleh: Dedi, ST

Tidak banyak anak muda yang berhasil seperti Elang Gumilang (23) di usianya
yang masih relatif muda telah berhasil menjadi pengembang perumahan dengan
omzet hingga 17 Milyar. Angka yang sangat fantastis untuk anak seusia Elang.

Di negeri ini kaum muda yang mampu mengembangkan diri dalam hal wirausaha
sangat minim sekali. Jikalau diantara sepuluh orang anak muda Indonesia
diberi bantuan dana 10 juta, maka pada saat yang sama mereka akan
kebingungan untuk menggunakan uang tersebut hingga berhasil guna.

Lemahnya visi kewirausahaan kaum muda ini harus dijawab oleh sistem
pendidikan nasional. Kaum muda yang tidak memiliki jiwa enterpreneurship
akan sulit bersaing di era globalisasi. Memang tidak harus semua anak muda
Indonesia diarahkan untuk menjadi pelaku wirausaha. Tetapi minimal
semangatnya dimiliki semua orang. Agar bangsa ini kedepan bisa menghasilkan
karya-karya besar hasil dari kaum mudanya.

Konteks wirausaha ini sebetulnya bukan semata-mata berbisnis dan seringkali
diasosiasiakan seperti pedagang. Wirausaha yang dimaksud adalah sikap
mental yang mampu membaca peluang dan bisa memanfaatkan peluang itu hingga
bernilai bisnis. Sekarang ini banyak kaum muda yang bermental menjadi
pekerja. Jarang sekali diantara mereka yang memiliki visi untuk
mempekerjakan orang lain.

Visi kewirausahaan perlu ditularkan oleh orang-orang yang sudah berhasil di
dunia bisnis. Hal ini penting untuk memompa semangat kaum muda, agar bisa
mengembangkan dirinya. Seperti yang dilakukan oleh begawan properti
Indonesia Ciputra. Dengan mendirikan sekolah enterpreneurship. Bagi Ciputra
enterpreneurship adalah tonggak sebuah bangsa.

Jika kaum muda di suatu bangsa tidak memiliki visi kewirausahaan, bangsa
tersebut akan menjadi pasar yang potensial bagi korporasi
multinasional. Kekayaan
alam akan habis dieksploitasi bangsa lain, sementara anak bangsa sendiri
cukup puas menjadi konsumen aktif karya bangsa lain.

*Kompetisi *

Pada tahun-tahun mendatang persaingan sumber daya manusia akan terjadi
sangat ketat. Apalagi dunia sekarang ini sangat terbuka, perdagangan bebas
dan masuknya korporasi multinasional kedalam negeri perlu diimbangi dengan
penyiapan sumber daya manusia yang mampu bersaing dengan negara lain.

Penyiapan itu dimulai dengan memberikan pendidikan dini terhadap generasi
muda tentang wirausaha. Agar dikemudian hari lahir pelaku-pelaku usaha baru
yang mampu mengembangkan potensi yang ada. Sehingga dapat memiliki *multi
player effect *terhadap penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan
kesejahteraan.

Usaha-usaha baru yang dirintis kaum muda biasanya berdasarkan pada minat dan
hobby. Seperti pendirian Toko Distro dan pembuatan Kaos Oblong merupakan
cerminan kreatifitas kaum muda. Hal ini tidak menjadi masalah, karena model
wirausaha seperti ini yang akan menjadi modal awal menuju usaha dalam skala
besar dikemudian hari. Apalagi kalau ditata dengan baik dan tetap konsisten
dengan wirausaha berbasis minat dan hobby tersebut, peluang menjadi besar
tetap terbuka.

Namun persaingan dengan dunia luar tetap akan terjadi. Permodalan yang minim
biasanya menjadi kendala utama untuk melanjutkan ekspansi usaha. Seringkali
disaat sulit tersebut, banyak yang terjerembab dalam kebangkrutan. Untuk
mengatasi kondisi tersebut, peran pemerintah sangat penting guna memproteksi
usaha-usaha kaum muda agar tidak mudah rapuh diterjang kompetisi pasar yang
tidak sehat. Lain soal kalau usaha-usaha tersebut sudah berskala besar, daya
tahannya akan lebih kuat.

Menyiapkan kaum muda yang memiliki jiwa enterpreneurhip merupakan langkah
strategis untuk menyongsong perubahan zaman yang berubah cepat. Di Negara
Maju seperti Amerika Serikat jumlah wirausahawan mencapai 11,5 persen dari
total penduduknya, Singapura memiliki 7,2 persen wirausahawan dari total
penduduknya. Adapun Indonesia hanya memiliki wirausahawan 0,18 persen dari
total penduduk. Padahal jumlah penduduk Indonesia sudah diatas 220 juta,
idealnya memiliki wirausaha sebanyak 5 persen dari total penduduknya agar
bisa maju.

Sebagai langkah awal yang bisa dilakukan Pemerintah untuk membangun visi
kewirausahaan kaum muda dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan baik
formal maupun informal. Pemerintah perlu memikirkan kurikulum yang berbasis
wirausaha. Pengembangan pendidikan diarahkan menuju kemampuan memiliki *life
skill*. Sedangkan untuk pendidikan informal, perlu digagas
pelatihan-pelatihan wirausahawan muda yang lebih adaptif dan sesuai minat
kaum muda.

Selain itu perlu adanya kontribusi Pemerintah dalam hal memfasilitasi
pembentukan pusat-pusat pendidikan inkubasi kewirausahaan yang akan menjadi
jembatan antara *user* dan produsen. Selama ini kelemahan wirausaha sering
terkendala masalah akses jaringan pemasaran dan permodalan.

Peran pemerintah dalam hal permodalan juga dirasa sangat penting, guna
mendorong wirausaha kaum muda dapat berkembang. Dalam hal ini dunia
Perbankan diharapkan mampu memfasilitasi wirausaha kaum muda agar bisa
menjadi stimulus bagi perkembangan usahanya.

Namun demikian, Untuk menjadikan kaum muda bervisi wirausahawan memerlukan
waktu dan proses yang panjang. Dalam prosesnya harus selalu diiringi dengan
kerja keras dan semangat pantang menyerah. Agar pengembangan kewirausahaan
ini bukan hanya beroreintasi hasil melainkan proses yang bernilai bagi
pelakunya.


Surabaya, 15 Januari 2009




Terimakasih,

Kewirausahaan dan pendidikan

artikel tentang penddikan bisnis dan kewirausahaan

Pendahuluan

Perubahan signifikan pada era globalisasi di negeri tercinta ini, berpengaruh terhadap pola kebutuhan masyarakat, yang berarti memerlukan kompetensi sumber daya manusia yang professional. Kewirausahaan (enterpreneurship) merupakan suatu fenomena penting dalam pemberdayaan manusia (masyarakat) berkenaan dengan pengaruh kompetitif berskala global. Dampak krisis yang berkepanjangan sangat berpengaruh bagi pertumbuhan ekonomi tetapi bagi seorang enterpreneurship perlu dipandang sebagai suatu peluang bisnis yang lebih baik. Penajaman berpikir dan berbuat pada kegiatan kewirausahaan berarti mengantisipasi kemelut dan merubah pola kebiasaan lama menjadi unggul. Berarti penting bagi para pengusaha kecil mempelajari kewirausahaan sebagai ilmu pengetahuan yang dapat menggiring ke wawasan yang lebih luas.

Apa itu Manajemen ? Ada beberapa pendapat dari pakar manajemen tentang definisi manajemen, yaitu :

Manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain (George R. Terry)

Menurut The Liang Gie, Drs., Manajemen adalah proses yang menggerakkan tindakan-tindakan dalam usaha kerjasama manusia, sehingga tujuan yang telah ditentukan benar-benar tercapai.

Sedangkan menurut Sondang P. Siagian, Mpa, Manajemen adalah kemampuan / keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan orang lain.

Berangkat dari pandangan tersebut arti manajemen diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan proses / kegiatan usaha melalui kerjasama dengan orang lain.

e-Tronik Management : Suatu proses jati diri dalam jiwa seseorang dalam menentukan sifat/ sikap keberanian, keteladanan dalam menghadapi resiko usaha dan mengambil keputusan yang bersumber kepada ilmu.

2. Pengertian Kewirausahaan

Menurut Drucker (MPU Manjemen) Kewirausahaan adalah orang yang mampu membaca dan menciptakan peluang disetiap perubahan.

S. Wijandi (1988). Kewirausahaan adalah suatu sifat keberanian, keutamaan dalam keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri.

Adalah Echauz berpendapat bahwa Enterpreneur yang berhasil memulai dengan sebuah mimpi, kemudian direncanakan dengan pemikiran yang matang yang selanjutnya merealisasikan mimpi itu.

Istilah kewirausahaan sangat spesifik berkaitan dengan sikap mental dalam melihat peluang usaha yang tak dilihat orang lain, berwawasan luas walaupun penuh resiko dan selalu menguntungkan (melaba).

3. Karakteristik Kewirausahaan

Seorang wirausaha penting mempunyai visi dan misi di lini usahanya. Hal ini merupakan kekuatan atau daya ampuh baik dalam perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, personality, pengarahan, koordinasi, pelaporan, efisiensi (dana). Berarti ada suatu sinergi dalam usaha karakteristik kewirausahaan.

a. Cita - cita untuk maju

Visi dan Misi yang menunjukkan sikap pribadi yang optimis dalam melihat suatu peluang yang berorientasi secara stratejik dalam meraih visi dan misi dengan daya kemampuan yang kuat, yaitu :

- Berani menentukan resiko dalam meraih sukses

- Berfikir positif

b. Percaya Diri

Dorongan dari dalam diri sendiri tanpa menghiraukan pengaruh luar yang subyektif. Orientasi tertuju keluar, fikiran, perasaan serta tindakan obyektif.. Yakin akan kemampuan, kecerdasan, keahlian yang dimiliki, selalu membangkitkan optimisme dalam mencari jalan keluar pada dampak hambatan yang bervariasi.

c. Kuat dan Tahan Mental

Dalam interaksi usaha, lingkungan merupakan gelombang yang harus tahan banting. Katakan ada dua system ombak lingkungan yaitu longitudingal dan transversal. Seorang wirausahawan sebaai sebuah bentuk konstruksi kapal mampu berhadapan dengan kedua ombak itu. Dimana untuk menikmati keberhasilan dalam usaha terbentang hambatan dan godaan. Normalnya wirausahawan secara luhur bertakwa kepada Tuhan.

d. Naluri dan intuisi yang tajam

Wirausahawan adalah figur, innovator bukan plagiator, figure pemimpin bukan pengekor. Ketajaman naluri dan intuisi selalu berproses sebagai latihan dan pengalaman sehingga selalu terbuka peluang bisnis.

Seorang wirausahawan tidak boleh menutup diri dalam setiap pengambilan keputusan. Prinsip-prinsip human relation perlu dijalankan. Ada 8 prinsip pokok, yaitu :

Harus ada sinkronisasi antara tujuan organisasi dengan tujuan individu di dalam organisasi.

Suasana kerja yang menyenangkan

Informasi yang wajar dalam staf (hubungan kerja)

Kembangkan bawahan sampai tingkat maksimalnya

Manusia bawahan bukan mesin

Pekerjaan yang menarik dan penuh tantangan

Pengakuan dan penghargaan atas pelaksanaan tugas dengan baik

Alat perlengkapan yang cukup

4. Faktor-Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Kewirausahaan

Jenis Usaha

Wirausahawan membuat daftar prioritas jenis usaha dilihat dari kebutuhan pasar, kemampuan, keahlian, finansial atau modal dasar, kesempatan dan dampak lainnya.

Tempat dan Lokasi

Strategis dalam arti tidak mengganggu lingkungan, dekat dengan bahan baku produksi, kelancaran transportasi, dekat dengan pusat ekonomi, pusat pendidikan, pemukiman pariwisata, transportasi laut, sungai, danau dan udara.

l Prospek Pasar dan Persaingan

Ketajaman memproyeksi prospek pasar biasanya berkaitan dengan harga jual yang ditentukan oleh sumber pasar.

Faktor Jumlah Penduduk

Penduduk ditentukan oleh berapa besar populasi penduduk dengan rata-rata jumlah laki-laki dan perempuan, Jumlah PNS, jumlah pegawai swasta, jumlah petani, jumlah siswa dan mahasiswa.

l Aspek Teknologis

Berkaitan dengan perkembangan IPTEK, apakah pilihan terhadap Teknologi tepat guna, teknologi modern maupun tradisional kaitannya dengan kelengkapan peralatan, kemampuan SDM dalam menciptakan suatu barang.

l Aspek Perijinan dan Administrasi

Hal ini berkaitan dengan pengembangan masa depan usaha.

Inovasi dan Kreatifitas Tinggi

Inovasi yaitu implementasi dari kreatifitas yang berdampak pada pendapatan suatu perusahaan dan terus dikembangkan walaupun pengaruh kompetitif.

Wirausahawan selalu mencari ide, gagasan yang tepat dan tembus pasar

Wisausahawan selalu belajar melatih diri dalam menghadapi tantangan dan cara menentukan solusi bisnisnya.

Wirausahawan berfikir dengan jangkauan dekat dan jauh yang menguntungkan.

Wirausahawan memiliki dedikasi dalam peran dan tugas.

Disiplin

Kata orang disiplin adalah kunci keberhasilan

Menghargai waktu

Menghargai pendapat orang lain

Berbuat sesuatu yang dapat dicontoh bawahan

Tepat janji

Tanggung jawab Moral

Wirausahawan selalu memperhatikan kepentingan usaha, kepentingan bawahan, kepentingan pasar, kepentingan lingkungan dan mitra.

Kemampuan Menjual

Wirausahawan menonjolkan gaya hidup berwibawa, bersuara lembut dan kemampuan mempengaruhi orang lain.

The Right Man in The Right Place

Atau organisasi yang dikenal dengan “Occupational in Competence” yang artinya ada batas-batas maksimal untuk dicapai seseorang dalam kariernya